Monday, July 25, 2016

Kalau Mau Anak Hebat, Orang Tua Harus Berubah!

Ditulis oleh : Prof. Dr. Rhenald Kasali untuk Jawa Pos

*Kalau Mau Anak Hebat, Orang Tua Harus Berubah!*

Saya sebenarnya sangat tertarik pada cerita dosen Unair yang sayang saya tak tahu namanya. Di beberapa WhatsApp saya baca rekaman momen yang dia catat saat menerima seorang siswa SLB yang mencari alamat. Dari Jogja, anak SLB itu ditugaskan gurunya mencari alamat di Surabaya.

Itulah penentuan kelulusannya. Dosen tadi merekam momen itu yang menyebabkan kebahagiaan si siswa. Sewaktu didalami, pak dosen mencatat, anak itu tak boleh diantar, tak boleh pakai taksi atau becak. Harus cari sendiri walau boleh bertanya. Ya, seorang diri.

Saya pikir di situ ada tiga orang hebat. Pertama adalah gurunya yang punya ide dan berani ambil risiko. Bayangkan, ini siswa SLB dan kalau dia hilang, habislah karir pak/bu guru itu. Apalagi kalau dia anak pejabat atau orang berduit. Kata orang Jakarta, ’’bisa mampus’’. Saya sendiri yang menugaskan mahasiswa satu orang satu negara pernah mengalami hal tersebut.

Kedua, orang tua yang rela melepas anaknya belajar dari alam. Ya, belajar itu berarti menghadapi realitas, bertemu dengan aneka kesulitan, mengambil keputusan, dan berhitung soal hidup, bukan matematika imajiner. Belajar itu bukan cuma memindahkan isi buku ke kertas, melainkan menguji kebenaran dan menghadapi aneka ketidakpastian.

Orang tua yang berani melepas anak-anaknya dan tidak mengganggu proses alam mengajak anak-anaknya bermain adalah orang tua yang hebat. Memercayai kehebatan anak merupakan awal kehebatan itu sendiri.

Ketiga, tentu saja si anak yang bergairah mengeksplorasi dan ’’membaca’’ alam. Anak-anak yang hebat adalah anak-anak yang berani keluar dari cangkangnya. Keluar dari rahim, dari selimut rasa nyaman, tidak lagi dibedong, digendong, atau dituntun. Berjalan di atas kaki dan memakai otaknya sendiri.

Otak Orang Tua

Tetapi, yang terjadi selanjutnya adalah sebuah tragedi. Semakin kaya dan berkuasa, orang tua semakin ’’menguasai’’ anak-anaknya. Pasangan diatur dan dipilih orang tua, jurusan dan mata kuliah, bahkan siapa dosennya, lalu juga di mana bekerja. Ini sungguh sebuah kelas menengah yang sudah kelewatan.

Bahkan, begitu bekerja, kita menemukan sosok-sosok yang, maaf, ’’agak bodoh’’. Katanya lulusan universitas terkenal, IPK tinggi, tetapi sama sekali tidak bisa mengambil keputusan. Dan di antara teman-temannya, mereka dikenal sebagai sosok yang tidak asyik, sulit ’’linkage’’ atau mingle dengan yang lain.

Setelah tinggal di mes, teman-temannya baru tahu. Ternyata, beberapa hari sekali ’’mami’’-nya menelepon dan nangis-nangis karena merasa kehilangan. Nasihat ’’mami’’ banyak sekali dan si anak terlihat takut. Disuruh nego soal gaji, dia pun nego, padahal kerja baru seminggu dan belum menunjukkan prestasi apa-apa. Begitu disuruh mami pulang, pulanglah dia tanpa izin dari kantor.

Anak saya sendiri sejak SMP sudah dididik mandiri. Maka saat di SMA, dia sudah tidak sulit mengambil keputusan. Bahkan saat kuliah di negeri seberang, dengan cepat dia bisa memilih tempat tinggalnya. Sedangkan anak seorang pegusaha butuh dua bulan. Waktu saya tanya mengapa, dia jelaskan bahwa setiap kali anaknya dapat rumah, ibunya menganulir.

Saya bayangkan betapa rumitnya pesta pernikahan anak-anak yang orang tuanya seperti itu. Tanpa disadari, mereka membuat otak anak-anaknya kosong, terbelenggu, tak terlatih. Semua itu adalah otak orang tua, bukan otak anaknya.

Namun, ketika kolom tentang dagelan orang tua saya tulis beberapa hari lalu itu beredar luas lewat media sosial, saya punya kesempatan untuk ’’membaca’’.

Mayoritas pembaca tertampar ketika dikatakan bahwa anak-anaknya hebat, tetapi telah merusaknya dengan memberikan pengawalan ’’superekstra’’. Namun, saya juga menemui orang tua yang bebal, yang mengancam saya harus diperiksa KPAI karena mereka menganggap anaknya yang sudah mahasiswa masih ’’di bawah umur’’.

Bahkan, ketika saya katakan, ’’Jangan Latih Anak-Anak Dijemput KBRI’’, mereka protes dengan dalih KBRI itu dibiayai negara, untuk melindungi anak-anak mereka. Ada juga yang sangat takut anaknya kesasar, jadi korban perdagangan manusia, diperkosa, dan seterusnya.

Terus terang, mereka itulah yang seharusnya berubah. Takut berlebihan bisa membuat anak-anak ’’lumpuh’’ dan bermental penumpang. Anak-anak itu merasa akan selalu pintar kalau di sekolah juara kelas. Padahal, pintar di sekolah tidak berarti pintar dalam hidup.

Kalau memang lokasi kunjungannya berbahaya, tentu bisa dipelajari. Anak-anak kita, khususnya mahasiswa (bahkan kelas 2–3 SMA), bisa diajak membaca lingkungan. Orang tua bisa memberikan advis, bukan mengambil keputusan.

Tetapi, harus saya katakan, melatih anak-anak berpikir dan mengambil keputusan sedari muda amatlah penting. Sepenting membangun pertahanan dan keamanan negara, kita butuh penerus yang cerdas dalam menghadapi kesulitan dan ketidakpastian. Sebab, itulah situasi yang dihadapi anak kita kelak pada abad ke-21 ini.

Saya juga dapat pesan dari guru besar perempuan UI yang disegani dan dari bupati Trenggalek. Dari guru besar UI, saya mendapat cerita bagaimana pada usia SMP dia sudah ditugaskan ayahnya menyusul sendiri ke Padang. Di sana, ayahnya yang tentara mendapat tugas baru. Dia pun harus mencari sekolah sendiri dan mendaftar sendiri.

Lalu, ketika setahun tinggal di sana, ayahnya ditugaskan panglima untuk tugas belajar ke Amerika Serikat. Tinggallah si anak harus merajut hidup dengan bekal seadanya di kota yang belum dia kenal. Tetapi, hasilnya, dia menjadi pemikir yang dikenal kaya dengan empati, bukan tipe manusia berwacana.

Sementara itu, dari Bupati Trenggalek Emil Dardak, saya mendapat proof bahwa apa yang dididik orang tua pada masa kecilnya amat bermanfaat untuk mengantarnya ke tugas hari ini. Ayahnya, Hermanto Dardak, mantan wakil menteri PU, sering mengajak Emil ke luar negeri kalau ada undangan seminar. Sesampai di kota itu, Emil ditugaskan jalan-jalan sendiri mengenal kota.

Emil menulis melalui WA ke saya, ’’Saya beruntung punya orang tua yang kuat jantung dan beri kesempatan untuk membangun masa depan yang saya mampu jalani, meski berisiko.’’ Anda tahu, bupati muda ini meraih gelar doktor dari Jepang pada usia 22 tahun.

Perjalanan hari ini membentuk anak-anak kita pada hari esok. Saya harap orang tua kelas menengah siap berubah. Janganlah khawatir berlebihan. Berikanlah kepercayaan dan tantangan agar mereka sukses seperti Anda. Sebab, rumput sekalipun, kalau tak tembus matahari, akan berubah menjadi tanah yang gundul.

Semoga bermanfaat

Monday, July 11, 2016

Pendamping Hidupku

Tuhan, Aku Tahu Dia Sudah Di Dekatku. Kumohon Bukakan Mata Hati Kami Agar Rasa Ini Segera Bertemu

Tak ada yang mengatakan bahwa hidup ini mudah. Selamanya, hidup akan selalu berupa labirin dan misteri yang tak pernah kuketahui dengan tuntas. Dalam bayanganku, betapa lebih mudahnya jika segala beban hidup ini bisa dibagi dengan sosok yang tepat. Sosok yang benar dan dengannya hati ini akan senyaman saat berada di rumah.

Persoalan jodoh memang tak mudah. Di satu sisi, dalam usia seperti ini, harapan keluarga semakin melambung tinggi. Tapi hati ini juga enggan jika harus menjalani hidup dengan sembarang orang. Rasanya pencarian ini tak pernah berhenti, tapi saat dia tak juga hadir, pertanyaan itu muncul begitu saja.

Sesungguhnya kamu ada di mana?

Dear Tuhanku, sudah dua puluh lima tahun berlalu sejak kelahiranku. Apa kabar dirinya yang Engkau ciptakan khusus untukku?

untuk kamu, yang entah siapa dan di mana

Dua puluh lima tahun yang lalu, atas kuasaMu, aku terlahir di dunia. Hingga saat ini begitu banyak hal dan berkah yang kudapatkan. Konon kata orang tua, sejak umur tiga bulan, kita sudah dibisikkan rahasia-rahasia kehidupan, termasuk soal jodoh dan kematian.

Dear Tuhan, aku sudah paham bahwa segala sesuatu di dunia diciptakan berpasangan. Aku juga tahu ada seseorang yang sengaja engkau ciptakan untukku. Seseorang yang akan menjadi pelabuhan terakhir hati yang lelah ini. Jika aku boleh bertanya, sedang apa dan di manakah dia saat ini, Tuhanku?

Aku tahu barangkali dia ada di dekatku. Hanya saja hati ini terlalu bebal untuk menyadarinya, karena apa yang dekat terkadang memang tak terlihat.

aku tahu dia di sekitarku

Aku tahu, perihal jodoh memang sedikit ambigu. Tak serumit persoalan dunia, tapi juga tak semudah membalikkan telapak tangan. Aku tahu, dia yang Engkau ciptakan untukku, ada di sekitarku. Tapi hati yang bebal ini, selama ini terlalu asyik mencari di tempat yang jauh. Sebagai manusia, Engkau karuniai aku ruang yang lapang untuk kesalahan dan lupa. Seperti nilai berherga seseorang begitu terlihat saat kita kehilangan. Dia yang dekat, seringnya justru tak terlihat.

Tapi jika memang kami sudah berdekatan, kumohon bukalah mata hati kami agar pertemuan indah bisa segera diwujudkan.

tapi jika memang sudah dekat, segera pertemukan kami ya Tuhan

Aku tak pernah meragukan jalanmu, Tuhan. Aku tahu Engkau Maha kreatif. Aku tahu bahwa sebuah cerita indah telah Kau siapkan untuk kami. Meski indah itu banyak rupa dan tahap-tahapnya. Aku yakin, aku hanya perlu membuka diri lebih peka lagi, sebab dia yang aku cari barangkali ada di sekitar sini. Tapi jika kami memang sudah sebegini berdekatan, kumohon bukalah pula mata hati kami, Tuhan. Agar kami bisa saling melihat satu sama lain, dan pertemuan indah yang dinanti segera terjadi.

Terus-terusan menjalani hubungan yang kandas memang membuatku banyak belajar. Tapi Tuhan, ada kalanya hati ini sudah lelah, dan ingin segera bersandar.

beberapa orang ditakdirkan untuk bertemu dan jatuh cinta, tapi tidak bersama

Barangkali, Engkau sengaja mengatur jalan kami demikian rupa. Supaya aku dipertemukan dengan orang-orang yang salah, agar aku bisa segera menemukan dia yang benar. Kuhibur diri bahwa segala hubungan yang sudah kujalani dan gagal, pastilah membawa satu hal baik yang bisa kuambil hikmah.

Kuhibur diri pula dengan keyakinan, bahwa jika aku tidak pernah bertemu dia yang salah, lantas bagaimana aku bisa menemukan dia yang benar? Tapi Tuhan, terkadang terus-terusan menjalani hubungan yang salah, berulang-ulang mengalami sakit hati yang sama, membuat hambamu ini lelah juga. Karena itu, kumohon segera pertemukan hati ini dengan rumah yang sebenarnya.

Aku yakin Kau tahu waktu yang paling tepat. Jika sampai sekarang dia tak juga kulihat, barangkali kami memang masih harus memantaskan diri.

barangkali kami memang belum tuntas memantaskan

Bagaimanapun juga, segala sesuatu ada saatnya sendiri. Engkau, pencipta dan pengatur segala sesuatu, pasti lebih tahu saat yang paling tepat untuk kami. Barangkali saat ini, kami, masih sibuk mencari-cari sosok yang jauh, tanpa menyadari bahwa kamu sudah begitu dekat. Pasti ada alasan mengapa sampai saat ini dia yang kucari tak belum juga terlihat. Pasti ada alasan mengapa hati kami tak juga cepat terbuka. Barangkali hati ini, dan diri ini, belum siap untuk saling bertemu. Hingga suatu saat nanti, saat kami sama-sama sudah saling memantaskan diri, Engkau akan mempertemukan kami dalam lagu-lagu cinta dan doa bersama.

Aku berjanji akan sabar menunggu. Tapi Tuhan, kumohon jangan terlalu lama Kau menunda pertemuan yang indah itu.

Jangan lama-lama

Karena segalanya memang ada waktunya sendiri, aku serahkan semua kepadamu, Tuhanku. Tapi jika boleh memohon padamu, tolong jangan lama-lama Tuhan. Mendapatkan pasangan yang benar, membina keluarga kecil bahagia, sudah kumimpi-mimpikan sejak dulu. Bersama orang seadanya bukan hal yang kuinginkan, meski keluarga sudah tak sabar menunggu. Jika dia yang kucari sudah berada di sekitar sini, kumohon segera pertemukan kami.

Selagi aku belum bisa mengatakan sendiri padanya, kutitipkan kerinduan ini pada-Mu. Meski raga kami belum bertemu, bukankah hati kami sudah bersatu?

bukankah kami sudah disatukan sebelum pertemuan?

Hingga saat itu tiba, aku akan sabar menunggu. Saat ini, selagi aku tak bisa mengatakan rindu ini, akan kutitipkan segala rindu, harap, cemas, dan semangat ini kepadamu, Tuhan. Jagalah dia di manapun dia berada. Berilah kemudahan atas setiap usaha-usahanya. Dan sampaikan rindu dari orang yang selalu menunggunya ini. Yakinkah dia bahwa kami akan disatukan, meski saat ini raga kami belum dipertemukan.

Sekalipun aku tak pernah meragu. Aku yakin tak pernah ada yang sia-sia di dunia ini. Suatu saat nanti, segala penantian dan usaha ini, akan mendapatkan imbalannya. Meski dia dekat, terkadang jalan kami yang harus memutar. Tak apa, toh semua ada yang mengatur jalan ceritanya. Hingga saat itu tiba, aku akan tetap menunggu dengan setia. Tapi Tuhanku, jika dia memang sudah ada di dekatku, kumohon jangan terlalu lama. Karena hati yang lelah ini ingin segera bertemu dengan rumahnya.

Terima kasih, Tuhan.

Dari Hambamu, yang ingin segera dipertemukan dengan jodohnya.

Source: fb perjalanan hidup

Sunday, July 10, 2016

Burdah bagian II

ﺍﻟﻔﺼﻞ ﺍﻟﺜﺎﻧﻲ : ﻓﻲ ﺍﻟﺘﺤﺬﻳﺮ ﻣﻦ ﻫﻮﻯ ﺍﻟﻨﻔﺲ
Bagian kedua: peringatan tentang bahaya hawa nafsu

ﻓَﺈِﻥّ ﺃَﻣّﺎﺭَﺕِ ﺑِﺎﻟﺴّـﻮﺀِ ﻣَﺎ ﺍﺗّﻌَﻈَﺖْ ۞ ﻣِﻦْ ﺟَﻬْﻠِﻬَﺎ ﺑِﻨَﺬِﻳﺮِ ﺍﻟﺸّﻴْﺐِ ﻭَﺍﻟَﻬَﺮَﻡِ
Sungguh nafsu amarahku pada nasehat tak terima, karena berangkat dari ketidaktahuannya.
Adanya peringatan berupa uban di kepala dan ketidakberdayaan tubuh akibat umur senja.

ﻭَﻟَﺎ ﺃَﻋَﺪَّﺕْ ﻣِﻦَ ﺍﻟﻔِﻌْﻞِ ﺍﻟَﺠَﻤِﻴْﻞِ ﻗِﺮَﻯ ۞ ﺿَﻴْﻒٍ ﺃَﻟَﻢَّ ﺑِﺮَﺃْﺳِﻲ ﻏَﻴْﺮَ ﻣُﺤْﺘَﺸِﻢِ
Nafsu amarahku tak mampu bersiap-siap diri, dengan mengerjakan amal baik yang bernilai.
Untuk menyambut kedatangan tamu yang pasti, tamu yang singgah di kepala nan tiada malu lagi.

ﻟَﻮْ ﻛُﻨْﺖُ ﺃَﻋْﻠَﻢُ ﺃَﻧِّـﻲ ﻣَــﺎ ﺃُﻭَﻗّـــــــــِﺮُﻩُ ۞ ﻛَﺘَﻤْﺖُ ﺳِﺮًّﺍ ﺑَﺪَﺍ ﻟِﻲْ ﻣَﻨْﻪُ ﺑِﺎﻟﻜَﺘَﻢِ
Jikalau aku tahu bahwa diriku tak mampu menghormat tamu
Maka lebih baik kusembunyikan diriku dengan cara menyemir uban dikepalaku

ﻣَﻦْ ﻟِﻲ ﺑِﺮَﺩِّ ﺟِﻤَﺎﺡٍ ﻣِﻦْ ﻏَﻮَﺍﻳَﺘِﻬَﺎ ۞ ﻛَﻤَﺎ ﻳُﺮَﺩُّ ﺟِﻤَﺎﺡُ ﺍﻟَﺨَﻴْﻞِ ﺑِﺎﻟﻠُّﺠُﻢِ
Siapakah gerangan? Sanggup mengendalikan nafsuku dari kesesatan
Sebagaimana kuda liar yang terkendalikan dengan tali kekangan

ﻓَﻼَ ﺗَﺮُﻡْ ﺑِﺎﻟْﻤَﻌَﺎﺻِﻲْ ﻛَﺴْﺮَ ﺷَﻬْﻮَﺗِﻬَﺎ ۞ ﺇِﻥّ ﺍﻟﻄَّﻌَﺎﻡَ ﻳُﻘَﻮِّﻱْ ﺷَﻬْﻮَﺓَ ﺍﻟﻨَّﻬِﻢِ
Jangan kau berharap, dapat mematahkan nafsu dengan maksiat.
Karena makanan justru bisa perkuat bagi si rakus makanan lezat.

ﻭَﺍﻟﻨّﻔْﺲُ ﻛَﺎﻟﻄّﻔِﻞِ ﺇِﻥْ ﺗُﻬْﻤِﻠْﻪُ ﺷَﺐَّ ﻋَﻠَﻰ ۞ ﺣُﺐِّ ﺍﻟﺮَّﺿَﺎﻉِ ﻭَﺇِﻥْ ﺗَﻔْﻄِﻤْﻪُ ﻳَﻨْﻔَﻄِﻢِ
Nafsu bagaikan bayi, bila kau biarkan akan tetap suka menyusu.
Namun bila kau sapih, maka bayi akan berhenti sendiri.

ﻓَﺎﺻْﺮِﻑْ ﻫَﻮَﺍﻫَﺎ ﻭَﺣَﺎﺫِﺭْ ﺃَﻥْ ﺗُﻮَﻟِّﻴَﻪُ ۞ ﺇِﻥّ ﺍﻟْﻬَﻮَﻯ ﻣَﺎ ﺗَﻮَﻟَّﻰ ﻳُﺼِﻢْ ﺃَﻭْ ﻳَﺼِﻢِ
Maka palingkanlah nafsumu, takutlah jangan sampai ia menguasai-nya
Sesungguhnya nafsu, jikalau berkuasa maka akan membunuhmu dan membuatmu tercela.

ﻭَﺭَﺍﻋِﻬَﺎ ﻭَﻫْﻲَ ﻓِﻲْ ﺍﻷَﻋْﻤَﺎﻝِ ﺳَﺂﺋِﻤَﺔٌ ۞ ﻭَﺇِﻥْ ﻫِﻲَ ﺍﺳْﺘَﺤْﻠَﺖِ ﺍﻟْﻤَﺮْﻋَﻰ ﻓَﻼَﺗُﺴِﻢِ
Dan gembalakanlah nafsu, karena dalam amal nafsu bagaikan hewan ternak.
Jika nafsu merasa nyaman dalam kebaikan, maka tetap jaga dan jangan kau lengah.

ﻛَﻢْ ﺣَﺴّﻨَﺖْ ﻟَﺬّﺓً ﻟِﻠْﻤَـــــــﺮْﺀِ ﻗَﺎﺗِﻠَﺔً ۞ ﻣِﻦْ ﺣَﻴْﺚُ ﻟَﻢْ ﻳَﺪْﺭِ ﺃَﻥّ ﺍﻟﺴَّﻢَّ ﻓِﻲ ﺍﻟﺪَّﺳَﻢِ
Betapa banyak kelezatan, justru bagi seseorang membawa kematian
Karena tanpa diketahui, adanya racun tersimpan dalam makanan

ﻭَﺍﺧْﺶَ ﺍﻟﺪَّﺳَﺎﺋِﺲَ ﻣِﻦْ ﺟُﻮﻉٍ ﻭَّﻣِﻦْ ﺷَﺒَﻊِ ۞ ﻓَﺮُﺏّ ﻣَﺨْﻤَﺼَﺔٍ ﺷَﺮُّ ﻣِﻦَ ﺍﻟﺘُّﺨَﻢِ
Takutlah terhadap tipu dayanya lapar dan kenyang
Sebab sering terjadi rasa lapar lebih daripada kenyang.

ﻭَﺍﺳْﺘَﻔْﺮِﻍِ ﺍﻟﺪَّﻣْﻊَ ﻣِﻦْ ﻋَﻴْﻦٍ ﻗَﺪِ ﺍﻣْﺘَﻠَﺄَﺕْ ۞ ﻣِﻦَ ﺍﻟْﻤَﺤَﺎﺭِﻡِ ﻭَﺍﻟْﺰَﻡْ ﺣِﻤْﻴَﺔَ ﺍﻟﻨَّﺪَﻡِ
Deraikanlah airmata, dari pelupuk mata yang penuh noda dosa
Peliharalah rasa sesal dan kecewa karena dosa.

ﻭَﺧَﺎﻟِﻒِ ﺍﻟﻨّﻔْﺲَ ﻭَﺍﻟﺸّﻴْﻄَﺎﻥَ ﻭَﺍﻋْﺼِﻬِﻤَﺎ ۞ ﻭَﺇِﻥْ ﻫُﻤَﺎ ﻣَﺤّﻀَﺎﻙَ ﺍﻟﻨُّﺼْﺢَ ﻓَﺎﺗَّﻬِﻢِ
Lawanlah hawa nafsu dan setan durhaka, dan jagalah pada keduanya
Jika mereka tulus menasehati maka engkau harus mencurigai.

ﻭَﻻَ ﺗُﻄِﻊْ ﻣِﻨْﻬُﻤَﺎ ﺧَﺼْﻤًﺎ ﻭَﻻَﺣَﻜَﻤًﺎ ۞ ﻓَﺄَﻧْﺖَ ﺗَﻌْﺮِﻑُ ﻛَﻴْﺪَ ﺍﻟﺨَﺼْﻢِ ﻭَﺍﻟْﺤَﻜَﻢِ
Janganlah engkau taat kepada mereka nafsu dan setan, baik selaku musuh atau selaku hakim
Sebab engkau sudah tahu dengan nyata, bagaimana tipu dayanya dalam musuh dan menghukumi.

ﺃَﺳْﺘَﻐْﻔِﺮُ ﺍﻟَّﻠﻪَ ﻣِﻦْ ﻗَﻮْﻝٍ ﺑِﻼَﻋَﻤَــﻞٍ ۞ ﻟَﻘَﺪْ ﻧَﺴَﺒْﺖُ ﺑِﻪِ ﻧَﺴْﻞً ﻟِﺬِﻱ ﻋُﻘُﻢِ
Kumohon pengampunan kepada Allah, atas ucapan yang tanpa mengamalkan
Sungguh.. hal itu laksana orang mandul tak berketurunan.

ﺃَﻣَﺮْﺗُﻚَ ﺍﻟْﺨَﻴْﺮَ ﻟٰﻜِﻦْ ﻣَﺎ ﺍﺋْﺘَﻤَﺮْﺕُ ﺑِﻪِ ۞ ﻭَﻣَﺎ ﺍﺳْﺘَﻘَﻤْﺖُ ﻓَﻤَﺎ ﻗَﻮْﻝِ ﻟَﻚَ ﺍﺳْﺘَﻘِﻢِ
Engkau ku perintah lakukan amal kebaikan, namun aku sendiri enggan mengerjakan
Maka tiada berguna ucapanku agar kau berlaku benar, sedangkan diriku sendiri dalam kelalaian.

ﻭَﻻَ ﺗَﺰَﻭّﺩْﺕُ ﻗَﺒْﻞَ ﺍﻟﻤَﻮْﺕِ ﻧَﺎﻓِﻠَــﺔً ۞ ﻭﻟَﻢْ ﺃُﺻَﻞّ ﺳِﻮَﻯ ﻓَﺮْﺽٍ ﻭَﻟَﻢْ ﺃَﺻُﻢِ
Dan diriku tiada menambah amal kebaikan dalam kesunahan, sebelum kematian datang
Dan tiada aku shalat dan puasa, kecuali hanya ibadah yang wajibkan

Burdah bagian I

ﻣَﻮْﻟَﺎﻱَ ﺻَﻠِّﻲ ﻭَﺳَﻠِّـﻢْ ﺩَﺁﺋِــﻤﺎً ﺃَﺑَـﺪًﺍ ۞ ﻋَﻠـــَﻰ ﺣَﺒِﻴْﺒِـﻚَ ﺧَﻴْــﺮِ ﺍﻟْﺨَﻠْﻖِ ﻛُﻠِّﻬِﻢِ
ﻫُﻮَﺍﻟْﺤَﺒِﻴْﺐُ ﺍﻟَّﺬِﻱْ ﺗُﺮْﺟَﻰ ﺷَﻔَﺎﻋَﺘُﻪُ ۞ ﻟِﻜُﻞّ ﻫَﻮْﻝٍ ﻣِﻦَ ﺍﻟْﺄِﻫْﻮَﺍﻝِ ﻣُﻘْﺘَﺤِـــــــﻢِ
ﺃَﻣِﻦْ ﺗَﺬَﻛُّﺮِ ﺟِﻴْﺮَﺍﻥٍ ﺑِﺬِﻱْ ﺳَــــﻠَــﻢٍ ۞ ﻣَﺰَﺟْﺖَ ﺩَﻣْﻌًﺎ ﺟَﺮَﻱْ ﻣِﻦْ ﻣُﻘْﻠَﺔٍ ﺑِـــﺪَﻡِ
Apakah karena mengingat para kekasih di Dzi Salam [1] sana.
Engkau deraikan air mata dengan darah duka.

ﺃَﻡْ ﻫَﺒَّﺖِ ﺍﻟﺮِّﻳْﺢُ ﻣِﻦْ ﺗِﻠْﻘَﺎﺀِ ﻛَﺎﻇِﻤَـــﺔٍ ۞ ﻭَﺃَﻭْﻣَﺾَ ﺍﻟْﺒَﺮْﻕُ ﻓِﻲْ ﺍﻟْﻀَﻤَﺂﺀِ ﻣِﻦْ ﺇِﺿَـﻢِ
Ataukah karena hembusan angin terarah lurus berjumpa di Kadhimah
[2] .
Dan kilatan cahaya gulita malam dari kedalaman jurang idham[3] .

ﻓَﻤَﺎ ﻟِﻌَﻴْﻨَﻴْﻚَ ﺇِﻥْ ﻗُﻠْﺖَ ﺍﻛْﻔُﻔَﺎ ﻫَﻤَﺘَــﺎ ۞ ﻭَﻣَﺎ ﻟِﻘَﻠْﺒِﻚَ ﺇِﻥْ ﻗُﻠْﺖَ ﺍﺳْﺘَﻔِﻖْ ﻳَﻬِـــــﻢِ
Mengapa kedua air matamu tetap meneteskan airmata? Padahal engkau telah berusaha membendungnya.
Apa yang terjadi dengan hatimu? Padahal engkau telah berusaha menghiburnya.

ﺃَﻳَﺤَﺴَﺐُ ﺍﻟﺼَّﺐُّ ﺃَﻥَّ ﺍﻟْﺤُﺐَّ ﻣُﻨْﻜَﺘـــِﻢٌ ۞ ﻣَﺎ ﺑَﻴْﻦَ ﻣُﻨْﺴَﺠِﻢٍ ﻣِﻨْﻪُ ﻭَﻣﻀْﻄَــــﺮِﻡِ
Apakah diri yang dirundung nestapa karena cinta mengira bahwa api cinta dapat disembunyikan darinya.
Di antara tetesan airmata dan hati yang terbakar membara.

ﻟَﻮْﻟَﺎ ﺍﻟْﻬَﻮَﻯ ﻟَﻢْ ﺗُﺮِﻕْ ﺩَﻣْﻌﺎً ﻋَﻠَﻲ ﻃَـﻠَﻞٍ ۞ ﻭَﻻَ ﺃﺭَﻗْﺖَ ﻟِﺬِﻛْﺮِ ﺍﻟْﺒَﺎﻥِ ﻭَﺍﻟْﻌَﻠـَـــﻢِ
Andaikan tak ada cinta yang menggores kalbu, tak mungkin engkau mencucurkan air matamu.

Meratapi puing-puing kenangan masa lalu berjaga mengenang pohon ban dan gunung yang kau rindu.

ﻓَﻜَﻴْﻒَ ﺗُﻨْﻜِﺮُ ﺣُﺒﺎًّ ﺑَﻌْﺪَ ﻣَﺎ ﺷَــﻬِﺪَﺕْ ۞ ﺑِﻪِ ﻋَﻠَﻴْﻚَ ﻋُﺪُﻭْﻝُ ﺍﻟﺪَّﻣْﻊِ ﻭَﺍﻟﺴَّـــﻘَﻢِ
Bagaimana kau dapat mengingkari cinta sedangkan saksi adil telah menyaksikannya
Berupa deraian air mata dan jatuh sakit amat sengsara

ﻭَﺃَﺛْﺒَﺖَ ﺍﻟْﻮَﺟْﺪُ ﺧَﻄَّﻲْ ﻋَﺒْﺮَﺓٍ ﻭَّﺿَــﻨﻰً ۞ ﻣِﺜْﻞَ ﺍﻟْﺒَﻬَﺎﺭِﻡِ ﻋَﻠَﻰ ﺧَﺪَّﻳْﻚَ ﻭَﺍﻟْﻌَﻨَــــﻢِ
Duka nestapa telah membentuk dua garisnya isak tangis dan sakit lemah tak berdaya.
Bagai mawar kuning dan merah yang melekat pada dua pipi.

ﻧَﻌَﻢْ ﺳَﺮَﻯ ﻃَﻴْﻒُ ﻣَﻦْ ﺃَﻫْﻮَﻯ ﻓَﺄَﺭّﻗَﻨِﻲ ۞ ﻭَﺍﻟْﺤُﺐّ ﻳَﻌْﺘَﺮِﺽُ ﺍﻟﻠّﺬّﺍﺕَ ﺑِﺎﻟَﻠَــــــﻢِ
Memang benar bayangan orang yang kucinta selalu hadir membangunkan tidurku untuk terjaga
Dan memang cinta sebagai penghalang bagi siempunya antara dirinya dan kelezatan cinta yang berakhir derita

ﻳَﺎ ﻟَﺎ ﺋِﻤِﻲ ﻓِﻲ ﺍﻟﻬَﻮَﻯ ﺍﻟﻌُﺬْﺭِﻱِّ ﻣَﻌْﺬِﺭَﺓً ۞ ﻣِﻨّﻲ ﺇِﻟَﻴْﻚَ ﻭَﻟَﻮْ ﺃَﻧْﺼَﻔْﺖَ ﻟَﻢْ ﺗَﻠُﻢِ
Wahai pencaci derita cinta kata maaf kusampaikan padamu.
Aku yakin andai kau rasakan derita cinta ini tak mungkin engkau mencaci maki.

ﻋَﺪَﺗْﻚَ ﺣَـــﺎﻟِـﻲ ﻟَﺎﺳِﺮِّﻱْ ﺑِﻤُﺴْﺘَﺘِﺮٍ ۞ ﻋَﻦِ ﺍﻟْﻮِﺷَﺎﺓِ ﻭَﻻَ ﺩَﺍﺋِﻲْ ﺑِﻤُﻨْﺤَﺴِــﻢِ
Kini kau tahu keadaanku, tiada lagi rahasiaku yang tersimpan darimu.
Dari orang yang suka mengadu domba dan derita cintaku tiada kunjung sirna.

ﻣَﺤّﻀْﺘَﻨِﻲ ﺍﻟﻨُّﺼْﺢَ ﻟَﻜِﻦْ ﻟَّﺴْﺖُ ﺃَﺳْﻤَﻌُﻪُ ۞ ﺇَﻥّ ﺍﻟُﺤِﺐَّ ﻋَﻦِ ﺍﻟﻌُﺬَّﺍﻝِ ﻓِﻲ ﺻَﻤَﻢِ
Begitu tulus nasihatmu, tapi aku tak mampu mendengar semua itu.
Karena sesungguhnya orang yang dimabuk cinta tuli dan tak menggubris cacian pencela.

ﺇِﻧِّﻰ ﺍﺗَّﻬَﻤْﺖُ ﻧَﺼِﻴْﺢَ ﺍﻟﺸّﻴْﺐِ ﻓِﻲ ﻋَﺬَﻟِﻲ ۞ ﻭَﺍﻟﺸّﻴْﺐُ ﺃَﺑْﻌَﺪُ ﻓِﻲ ﻧُﺼْﺢِ ﻋَﻦِ ﺍﻟﺘُّﻬَﻢِ
Aku curiga ubanku pun turut mencelaku.
Padahal ubanku pastilah tulus memperingatkanku.

[1] Dzi salam: Suatu tempat antara makkah dan madinah.
[2] Kadhimah: Jalan menuju makkah.
[3] Idam: Sebuah jurang di Madinah.

Saturday, July 9, 2016

Belajar Dari Nokia

Dream - "Kami tak melakukan kesalahan apa-apa, tapi bagaimana kami bisa kalah." Itu kata-kata terakhir dari CEO Nokia, Stephen Elop setelah mengumumkan perusahaan raksasa ponsel itu dibeli oleh Microsoft dengan harga 7,2 miliar dollar AS atau sekitar Rp 79 triliun.

Nokia, salah satu raja pembuat ponsel sebelum ini tidak menyangka mereka akan lumpuh dalam waktu yang sangat singkat. Namun apa yang menyebabkan Nokia lumpuh dengan begitu parah sekali?

Mereka memang tidak membuat kesalahan. Tapi kekeliruan mereka adalah terlalu nyaman sehingga lupa untuk berubah seiring dengan tren masa kini.
Akibatnya, perusahaan mereka dipangkas oleh pesaing dengan begitu cepat sekali.
Ketika perusahaan produsen ponsel lain sedang sibuk mengeluarkan ponsel Android yang baru, Nokia masih nyaman dengan ponsel-ponsel Symbian mereka. Dan akhirnya mereka yang jadi pecundang.

Coba bayangkan apa akan terjadi jika Nokia dengan segera mengeluarkan ponsel Android ketika sistem operasi buatan Google itu booming? Tentu perusahaan mereka masih hidup hingga sekarang, dan mungkin makin bertambah perkasa.

Satu pelajaran paling penting dalam kisah kejatuhan Nokia ini adalah: "Jika Anda tidak berubah seiring dengan perkembangan waktu, Anda akan keluar dari kompetisi."

Kisah kejatuhan Nokia ini patut dijadikan pelajaran, tidak hanya untuk perusahaan-perusahaan di luar sana, bahkan untuk individu sendiri.

Tetapi berubah tidak selalu berarti meniru cara orang lain berubah. Kita mungkin dapat menciptakan cara kita sendiri yang sesuai dengan situasi sekeliling, asalkan kita tidak berada di jalur lama.

Kesimpulan
1. Keuntungan yang kita miliki semalam mungkin bukan lagi satu kelebihan pada keesokan harinya. Jadi, jangan berbangga-bangga dengan kelebihan semalam dan lupa memperbaiki diri.

2. Untuk berubah, kita harus menerima bahwa cara kita itu salah atau sudah tidak releven. Ini berarti perubahan memang sesuatu yang susah. Tapi jadikan kisah Nokia ini sebagai pelajaran dan jangan sampai sudah mau tenggelam, baru ingin naik ke permukaan.

Source: dream.com

Thursday, July 7, 2016

Kill The Messenger

Tempo, Teman-Teman Ahok, dan Kill The Messenger

Bila tak mampu membantah substansi persoalan, maka bunuhlah karakter sang pembawa pesan.  Soal teori ini, saya teringat dengan dua film. Pertama The Insider yang dirilis pada 1998 dan Kill The Messenger yang dirilis dua tahun lalu.

The Insider diangkat dari artikel di Vanity Fair berjudul The Man Who Knew too Much pada Mei 1996. Artikel ini bercerita tentang pemecatan Jeffrey Wigand, seorang eksekutif di Brown and Williamson perusahaan rokok di Amerika. Kisah ini kemudian diangkat menjadi film oleh Michael Mann tiga tahun setelah artikel terbit.

Wigand sadar pemecatannya tak cuma soal buruknya komunikasi, tetapi karena dia tahu manipulasi yang dilakukan perusahaannya. Salah satu manipulasi itu terjadi dalam peristiwa Tujuh Kurcaci, saat tujuh bos perusahaan rokok di Amerika bersumpah di hadapan Kongres.

Wigand tahu, perusahaannya berbohong soal kandungan zat adiktif dalam rokok. Para bos perusahan rokok itu bersumpah, zat itu tak bakal membuat perokok kecanduan. Sebaliknya, Wigand yang merupakan ahli kimia tahu, zat di dalam rokoh bakal membuat perokok merasa kecanduan dan sulit berhenti merokok.

Pemecatan mempertemukan Wigand dengan Lowell Bergman, seorang produser di stasiun televisi CBS. Bergman baru saja mendapatkan dokumen dari sebuah sumber anonim soal manipulasi perusahaan rokok. Si produser ingin Wigand berbicara kepada publik terkait manipulasi ini.

Di sisi lain, Brown and Williamson tak tinggal diam. Mereka mengupayakan berbagai cara untuk mengancam Wigand. Mengancam, membuntuti, hingga memberi teror. Karena yakin tak bisa membantah subtansi kesaksian Wigand, mereka menyewa konsultan untuk mengungkap rekam jejak Wigand.

Kehidupan masa lalu Wigand dikuliti, perceraiannya pun diumbar ke sejumlah orang. Intinya, Brown and Williamson ingin menghancurkan kredibilitas Wigand agar orang tak lagi percaya apapun yang dia katakan.

Si jurnalis sempat mangkel Wigand tak sepenuhnya jujur soal masa lalunya. "Ini bakal menyulitkan saya melindungi kamu," kata Bergman. Adapun Wigand merasa, kehidupan masa lalunya tak berhubungan dengan kesaksiannya soal manipulasi perusahaan rokok.

Membunuh karakter pemberi pesan juga dilakukan terhadap seorang jurnalis San Jose Mercury News, Gary Webb. Kisah jurnalis peraih Pulitzer ini diangkat menjadi film Kill The Messenger yang rilis pada 2014. Webb menyelidiki keterlibatan jaksa federal dalam sindikat perdagangan narkotika di Amerika Tengah. Dia menemui banyak sumber, masuk ke penjara, hingga melihat langsung penyelundupan narkotika.

Webb kemudian membangun hipotesis, ada keterlibatan intelejen Amerika Serikat dalam kasus culas ini. Apalagi saat itu, Amerika sedang getol melawan komunis. Mereka membantu tentara pemberontak di Nikaragua dengan menyuplai senjata. Webb menulis hasil investigasinya secara berseri dengan judul Dark Alliance.

Tak semua orang menerima investigasi Webb. Lagi-lagi musuh politiknya menerapkan teori kill the messenger. Persoalan pribadinya dikuliti. Hidupnya ditelanjangi. Keluarganya dibuntuti. Karena hidupnya penuh masalah, demikian hipotesisnya, maka produk jurnalistik yang dihasilkan Webb pun bermasalah dan tak layak dipercaya.

Beberapa saat setelah artikel Webb terbit, media lain di Amerika membuat liputan tandingan yang membantah semua reportase Webb. Webb stress dan memilih bunuh diri pada 2004. Kisah kematian Webb kemudian ditulis Nick Schou, jurnalis LA Weekly dua tahun berikutnya dengan judul Kill the Messenger: How the CIA's Crack-Cocaine Controversy Destroyed Journalist Gary Webb.

Di Indonesia, model membunuh pembawa pesan bukannya tak terjadi. Mantan wartawan Tempo Metta Dharmasaputra suatu ketika mendapat pesan ada karyawan Asian Agri yang mengetahui dugaan penggelapan pajak di perusahaan tersebut. Eks pegawai itu, Vincent Amin Sutanto.

Persoalannya, Vincent baru saja menggelapkan uang perusahaan. Keinginan damai ditolak. Lalu dia membawa data kecurangan perusahaan ke mana-mana. Kisah manipulasi pajak dan drama di sekitarnya telah dibukukan Metta ke dalam buku Saksi Kunci.

Ada juga kasus lain yakni pengadaan alat untuk ujian mengemudi di Korlantas Polri. Saksi kunci simulator SIM, Sukotjo S Bambang bukanlah orang yang sepenuhnya bersih. Dia ikut andil korupsi  karena menjadi penggarap proyek. Belakangan, kongsi Sukotjo dengan Budi Susanto, pengusaha yang dekat kepolisian pecah. Sukotjo dianggap gagal menyelesaikan pekerjaannya.

Sukotjo pun bernyanyi ke mana-mana, menyeret banyak jenderal. Tentu saja, pihak yang diserang Sukotjo pun mengeluarkan argumen, ngapain percaya sama maling, orang yang ingkar dengan kontrak kerja sama. Apalagi si Sukotjo ketika itu sudah dipenjara karena penipuan. Kampanye untuk membunuh karakter Sukotjo dilakukan setelah kasus ini mulai mencuat ke publik.

Pertanyaannya: apa yang mempertemukan orang seperti Wigand, Webb, Vincent hingga Sukotjo? Mereka menjadi pembawa pesan atas kebobrokan sebuah sistem. Cuma hidup mereka penuh persoalan. Ini kemudian digunakan oleh lawan-lawan mereka untuk menyerang karakter mereka. Karakter si pembawa pesan dibunuh. Tujuannya, agar orang tak percaya dengan perkataan mereka. Meskipun pada akhirnya mereka yang bernyanyi, yang dibunuh karakternya, berhasil membuktikan kesaksian mereka.

Berkat kesaksian Wigand, perusahaan rokok di Amerika mengakui adanya zat adiktif dalam rokok dan menebus biaya kesehatan untuk pecandu rokok. Dalam kasus Gary Webb, CIA pada akhirnya mengakui mereka membekingi pemberontakan di Nikaragua meskipun membantah terlibat perdagangan narkotika. Kesaksian Vincent berhasil mengungkap skandal pajak terbesar di Indonesia. Atas nyanyian Sukotjo, KPK berhasil membongkar kasus korupsi terbesar di kepolisian yang menyeret perwira polisi paling bersinar saat itu Djoko Susilo. 

Soal pembunuhan karakter pembawa pesan juga terjadi beberapa waktu lalu. Tempo menulis tentang kontribusi tambahan terkait reklamasi Teluk Jakarta. Tempo menggunakan sumber anonim untuk memberitakan pengakuan Ariesman kepada penyidik KPK. Tempo menulis, pengembang wajib membangun fasilitas publik setelah mendapat proyek di ibukota. Tempo menggunakan istilah barter: izin pemerintah ditukar dengan kewajiban kontribusi.

Awalnya, Ahok dan pendukungnya mempersoalkan kata barter. Padahal, kata barter telah digunakan Ahok dua tahun sebelumnya. Jadi istilah tukar izin dengan kontribusi berasal dari Ahok sendiri. Protes kemudian bergeser, mempersoalkan sumber anonim Tempo. Dasarnya adalah semua pihak, baik Ariesman maupun KPK membantah telah membocorkan hasil pemeriksaan. Mereka menyebut Tempo memfitnah Ahok karena tidak ada sumber resmi yang membenarkan data Tempo.

Setelah gagal membantah substansi dan mempertanyakan prosedur, para pendukung Ahok mulai melakukan hal yang seperti dilakukan terhadap Jeffrey Wigand dan Gary Webb: menghancurkan kredibilitas si pembawa pesan. Akun Kurawa membeberkan persoalan keuangan Tempo.

Si pendukung ini membangun argumentasi, Tempo hendak nginjek pengembang dan juga pengen dapetin iklan dari Pemprov DKI. Karena tujuan Tempo tak sukses, maka turunlah berita soal barter reklamasi. Sampai sejauh ini, penjelasan Kurawa terasa masuk akal. Apalagi buat pendukung teori konspirasi, mereka yang memang malas berpikir dan enggan mencari tahu. Strategi Kurawa mungkin manjur di pendukungnya. Mereka ramai-ramai mengeluarkan tanda pagar #jatuhTempo di Twitter.

Soal kondisi keuangan Tempo itu bukan persoalan baru. Publik bisa melihat sendiri datanya sebab Tempo perusahaan terbuka. Tetapi mengaitkan itu dengan pemberitaan, tentu saja itu pikiran picik, meskipun itu sah-sah saja. Untuk membolak-balik logika publik mereka lagi-lagi memainkan teori politik: kill the messenger. 

Pekan ini, Tempo menulis soal dugaan aliran dana ke Teman Ahok dari pengembang reklamasi. Salah satu narasumbernya adalah eks pegawai Cyrus Network yang dipecat karena dituduh menggelapkan uang perusahaan. Bos Cyrus menyebut sumber ini sebagai maling. Karena maling, demikian nanti hipotesis yang dibangun, seluruh keterangannya tak layak dipercaya. "Kalau lo tulis, gue tuntut," demikian ancaman Hasan Nasbi, bos Cyrus.

Lewat sejumlah informasi, saya tahu Teman Ahok bukan gerakan yang lahir ujug-ujug. Gerakan ini by design, disiapkan oleh konsultan politik dan staf khusus Ahok Sunny Tanuwidjaja serta disokong dana besar. Artinya ini gerakan yang sifatnya top down, bukan bottom up seperti yang digembar-gemborkan selama ini.

Bahwa ada anak-anak muda pecinta Ahok, yang kesal dengan tersumbatnya proses di partai politik, yang pada akhirnya dimanfaatkan, itu benar. Bertemulah mereka di satu titik sehingga lahir gerakan ini. Gerakannya membesar karena didukung banyak pesohor. Apakah mereka ikutan bersalah? Ya nggak. Mereka cuma naif aja. Banyak pendukung Teman Ahok yang polos memang. Buat wartawan yang memiliki akses ke banyak sumber informasi tahu gerakan ini tak seindah yang digaungkan.

Nah, balik lagi ke berita Tempo pekan ini. KPK telah memeriksa sumber ini dan mendapatkan sejumlah informasi penting. Tempo pun mengecek sejumlah keterangannya, yang ternyata sahih. Kami pun konfirmasi ke sejumlah orang yang dituduh dan membenarkan sejumlah rangkaian peristiwa.

Saya yakin, pendukung Ahok memainkan teori yang sama, bunuhlah karakter pembawa pesan. Karena dia dianggap maling oleh bekas bosnya, maka jangan sesekali percaya keterangannya. Karena Tempo sedang kesulitan keuangan, maka mereka menyebarkan fitnah demi dapat pengiklan. Padahal, cek saja fakta-fakta yang disampaikan. Bantah apa yang salah.

Jadi, mari kita menyimak hestek #jatuhTempo di linimasa Twitter sembari menunggu persidangan kasus reklamasi di pengadilan tipikor. Nanti bakalan kebuka semua kok...

/*Saya suka dengan teorinya, bukan dengan persoalan yg dibajasnya, karena tak pernah tahu persoalan yg sesungguhnya, maka saya takkan berkomentar"/

Source: tempo