Ketika sekolah SD, SMP, SMA, S1 dan S2 kita (atau saya) hanya menyerap atau mengimplementasikan ilmu pengetahuan yang telah eksis. Saya selalu mencari-cari referensi mengenai dasar dari sebuah ilmu pengetahuan. Apakah mencari dasar dari buku A, buku B, pendapat si A, pendapat Prof B, dsb. Jika kita tidak menemukan dasar acuan atau referensi, maka dinyatakan salah. Semua referensi itu adalah ilmu pengetahuan eksisting.
Semua ilmu pengetahuan yang saya sebut eksisting bisa jadi masih relevan hari ini atau sudah usang karena buku itu ditulis 100 tahun, 30 tahun atau 40 tahun yang lalu. Atau bisa jadi pendapat si A telah terbantahkan oleh pendapat si C pada 10 tahun lalu. Hasil eksperimen C telah diudate dengan hasil eksperimen D, dan seterusnya.
Tiap hari pasti ada update ilmu pengetahuan pada referensi-referensi akademik seperti jurnal, buku, conference paper, research report maupun referensi akademik lainnya. Ada penemuan-penemuan baru dari berbagai bidang. Maka batas ilmu pengetahuan yang sebelumnya berukuran lingkaran kecil (misalnya) maka menjadi terus membesar.
Masih sangat banyak hal-hal di dunia ini yang belum tercover oleh ilmu pengetahuan eksisting. Maka dari itu, ilmu pengetahuan eksisting mengandung kebenaran relatif, bukan kebenaran mutlak. Artinya bahwa kebenaran yang memungkinkan untuk dievaluasi, dikoreksi, dikembangkan dan diupdate oleh kebenaran relatif selanjutnya. Sehingga tidak ada kebenaran mutlak dalam ilmu pengetahuan.
Ilmu pengetahuan yang dianggap benar hari ini, belum tentu masih dianggap benar esok hari.
Ilmu pengetahuan yang dianggap baru hari ini, bisa jadi sudah usang esok hari
Kalau tidak mau membuka pikiran terhadap kemungkinan update ilmu pengetahuan baru, bersiaplah menuju kejumudan.
Portsmouth, 26 Mei 2015 23:26 BST
No comments:
Post a Comment